Selain dulu sempat ada adik yang insecure masuk forum ormawa nasional karena merasa dirinya dari kampus swasta pinggiran. Tetapi, setelah dia mencoba sharing dengan beberapa mahasiswa kampus elit itu dia menemukan kepercayaannya, "Awalnya aku ndak PD, Mbak, selain dari kampus swasta tampilanku wes nggak kayak mahasiswa modern sama sekali. Tapi ternyata isinya sama aja, Mbak, bahkan aku merasa lebih unggul. Jadi pas berani mimpin forum," terang salah satu adik kami yang sekarang melanjutkan magister (S2) di UIN SUKA Jogjakarta melalui jalur beasiswa LPDP.
Saya bangga dengan adik-adik yang mau menantang dirinya, bahkan mencoba melebihi dari batas kemampuannya. Semoga benih-benih seperti dia terus tumbuh nan subur.
Kedua, telinga saya wes faseh dengar kalimat begini "Orang cuma anak buruh, ngapain sek kuliah, nggak bakal jadi apa-apa."
1. Yang ada di benak saya, emang kita pasca kuliah harus jadi apa? Bukankah tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslimin? Dan apakah keberhasilan suatu ilmu sependek diukur dari jadi pengusaha? Dosen? Guru? Pejabat? Terlalu sederhana, ilmu itu rahmah dan merahmati, semua yang saya sebutkan itu hanyalah media.
Socrates pernah bilang, "Orang pinter pasti baik", maka bagaimana dengan ilmu dan kepintarannya dia terus menebarkan kemaslahatan (kebaikan), meski wes dadi pejabat sing paling tinggi tapi lek nggak baik, hadirnya justru meresahkan, yo apik dadi buruh kemana-mana, rek. Dan jadi buruh bukan berarti ndak boleh berilmu.
2. Yang curhat dapat keraguan dari masyarakat seperti itu adalah orang tua si anak. Waktu itu, Alhamdulillah, kami membantu adik ini untuk mengakses salah satu beasiswa di UAS Jember. Melalui guru kami yang tiada henti menebarkan kemaslahatan dan kebermanfaatan, Gus @rijal_mumazziq_z. Terima kasih, Gus, semoga menjadi amal jariah untuk keluarga dan guru-guru jenengan.
Air mata saya waktu itu tergenang, saya tahu betul bagaimana upaya orang tua ini untuk beberapa kali ke rumah. Meski terkadang dengan mangayuh sepeda ontel. Bapak anak ini sering bantu-bantu Bapak saya di sawah. Kalian tahu? Tidak ada jimat yang paling ampuh selain doa dan ridho orang tua.
3. Jika kita masih membaca kualitas dan kelayakan seseorang dari status sosial maka sesungguhnya kita tidak pernah berkembang secara pemikiran. Dadi, mbok awakmu sing omong buruh nggak layak kuliah iku seorang anak jendral, bahkan jendral sekalipun, pemikiranmu sama sekali ndak mencerminkan title sing mbok banggakno. Sik majuan cara berpikir buruh sing mbok cemooh.
Orang-orang seperti dia, antara membutuhkan pasukan di barisan psimisme yang dia bangun atau sedang menciptakan medan pertarungan yang tidak sehat dengan menghalangi potensi orang lain berkembang. Naas, sesungguhnya kalian adalah orang yang kalah bahkan oleh diri kalian sendiri.
Tetapi, sebagaimana Mahatma Gandhi memberikan warisan untuk membalas himsa (kekerasan) dengan ahimsa (tidak dengan kekerasan). Maka, sembari kita terus menggaungkan sikap dan nilai kemanusiaan, yang harus kita lakukan adalah terus fokus pada pemikiran dan tindakan kemaslahatan. Tidak perlu risau dengan orang-orang yang bahkan tidak bisa mengajak dirinya sendiri berkembang.
Ingat, semua manusia terlahir dengan nilai kemanusiaan yang sama. Sampai kapan nilai itu akan tetap bermartabat? Tergantung bagaimana hati, pikiran dan tindakan kita. Semoga Allah selalu menolong dan mengarahkan kita ke jalan yang Dia ridhoi. Amiin.
Foto:
1. Membersamai putri-putri kemenag Jember dalam acara kunjungan Bapak Kepala Kemenag Jember di PP Assunniyyah.
2. Rapat Majelis Pertimbangan IMABU Mlokorejo.
3. Menghantarkan salah satu anak tetangga daftar sekolah di SMK Darqom sekaligus memperkenalkan STAI RAYA.
4. Upgrading Ikatan Mahasiswa Alumni Bustanul Ulum) Mlokorejo.

0 Komentar