Penulis: Avicenna (Mahasiswa Studi Agama Agama UIN SUKA Jogjakarta)
Heidegger seorang filsuf dari barat (Murid Husserl penemu fenomenologi), menyebut manusia sebagai Dasein (ada-di-sana). “Sein” berarti Ada, dan “Da” berarti di-sana, yakni Ada-dalam-dunia (Being-in-the-world). Dunia tidak dimaknai dengan tanah yang ditumbuhi pepohonan. Dunia di sini adalah konsep akan ruang dan waktu. Dunia dalam pengertian ontologis-eksistensial yaitu dunia yang berarti dunia di sekitar Dasein yang tidak tergeletak begitu saja, tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh Dasein
Memahami Sein atau Ada tentu terlebih dahulu memahami yang memikirkan “Ada”, yaitu manusia. Manusia adalah ada yang melalui kesadarannya dapat memikirkan keBer-Adaannya. Berbeda dengan hewan ataupun benda yang tidak memiliki kesadaran, sehingga tidak menyadari keberadaannya di dalam dunia. Istilah sein bukan sekedar ada, melainkan ber-Ada.
Dasein adalah keterlibatan manusia secara aktif dengan objek keseharian. Seperti hubungan dengan orang lain, benda, maupun dirinya sendiri. Setiap manusia (Dasein) seutuhnya dibentuk oleh ruang dan waktu di sekitarnya, Sebagaimana Ia tidak bisa mengontrol keterlemparan lingkungan sosialnya dan menjadi bagian dari suatu kebudayaan, sehingga seluruh tingkah lakunya diperoleh dari kebudayaannya.
Hubungan Dasein dengan dunia ini memunculkan tiga karakter Dasein yaitu faktisitas, pemahaman (analisa) dan kejatuhan. Faktisitas adalah alasan dan tujuan tidak dapat diketahui dengan jelas oleh manusia itu sendiri. Faktisitas dari Dasein adalah faktualitas dari fakta bahwa Dasein ada.
Setelah menyadari akan keterlemparannya, Dasein akan merasakan kegelisahan, yaitu kesadaran bahwa semua yang telah dilakukan itu telah merupakan bentukan. Kemudian setelah menyadari keber-Adaannya manusia dapar melihat bahwa fenomena dari “ada” dan dari Dasein itu dapat Dipahami/disadari secara fundamental. Kemudian timbul kekhawatiran akan eksistensinya. Kondisi kejatuhan itu membuat manusia di titik kecemasan radikalnya, lantas membuka diri terhadap masa depan. Masa depan adalah kemungkinan-kemungkinan, dan merupakan salah satu dari ketersingkapan makna Ada. Hal tersebut akan menyingkap tiga unsur dalam setiap manusia yaitu Biologis, Principle dan Morality. Pemahaman tersebut akan menghasilkan pengkhayatan, dan pemaknaan. Tanpanya manusia hanyalah seonggok daging yang bernafas karena kesadaran adalah pembedanya.
Konsep ini akan memunculkan pertanyaan yang sangat dasar namun Radikal. Siapa aku? Kenapa? dan untuk apa aku ada? Maka jawaban yang paling Radikal adalah aku manusia yang ada sebab dilahirkan. Lebih radikal lagi, sebab orang tuaku ada dan seterusnya sampai pada titik asal usul segalanya yang kumaknai sebagai Allah. Maka aku adalah manusia yang ada sebagai ciptaan Allah. Menyadariku sebagai ciptaan membuatku selalu menghamba padanya dan melaksanakan tugas-tugasnya termasuk menjadi Kholifah fil Ard. Itu semua karena manusia akan kembali pada satu titik yaitu Allah Swt.
من عرف نفسه عرف ربه
“Semakin memahami dirinya sendiri semakin ia mengetahui Tuhannya”

2 Komentar
Konsep yang lain kak
BalasHapusWkwkwk, nanti kami sampaikan ke penulis
Hapus