Suatu hari ada yang memberikan aku saran begini, "Biar hidup mu ada yang menjamin di kota. Kamu perlu punya doi di setiap titik di kota, Bel." Sarannya sambil ketawa cengengesan. Keluar jawaban dari mulutku tanpa berpikir panjang. "Ya, gunanya kalian apa kalau aku punya doi hanya untuk jaminan hidup di kota. Kalau soal nyukupin makanku, kan, ada kalian." Lebih pecah lagi ketawaku.
Ya, meski dia memberikan saran begitu, ku yakin dia hanya guyon. Orang selama perjalanan bolak balik di kota, dia salah satu tempat berpulang ketika lapar. Wkwkwk. Meskipun, tidak sampai akhir karena harus balik ke kota asalnya.
Lain waktu, aku pernah buat janji dengan sahabat yang ku anggap masku sendiri karena usia lebih dewasa beberapa tahun dariku. Saat aku buat janji aku luput dari waktu yang kami sepakati, semua di luar itung-itunganku. Perjalanan dari posisi asal ku kira bakal membutuhkan waktu 30 menit, ternyata karena hujan lebat sampai satu jam lebih. Dia tetap menunggu, aku harus mampir masjid untuk sholat maghrib. Bertambah keterlambatanku, dia tetap menunggu.
Ketika sampai di tempatnya, dia tetap menyambut dengan sumringah dan sok-sok.an marah karena keterlambatanku. Aku tetap ada rasa bersalah karena tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan. Sedangkan dia punya agenda keluar. Ku tanya, dong, mau keluar dengan siapa. Tambah merasa bersalah aku ketika dia bilang ada janji sama si do'i. Dia undur janjinya untuk meluangkan waktu buatku, karena aku terlambat dia undur lagi, karena aku juga lama di tempatnya, dia batalkan keluar sama do'inya. Di situ do'inya marah betul sama dia.
Dari kejadian itu aku kemudian berpikir. "Aku mungkin orang yang tidak memiliki legalitas sebagai pacar dalam hidupnya. Tetapi ternyata legalitasku sebagai sahabatnya lebih dia utamakan." Refleksi yang lebih jauh lagi. Mungkin dia bersikap begitu, karena pengaruhku sebagai sahabatnya lebih besar selama beberapa tahun ini. Lebih banyak kehidupan manusiawi yang kita lalui bersama. Sehingga untuk menafikkan proses itu dengan tidak mengindahkan pertemuanku sama dia adalah hal yang tidak terlintas dalam pikirannya. Dia berani dan lebih memilih mengambil resiko tengkar sama si do'i.
Jujur saja, selama ada proses jalan sama laki-laki pun. Aku lebih dihargai dan dimanusiakan oleh legalitas sahabat saja. Karena itu, sampai sejauh ini aku sering berpikir, "Di mana letak legalitas seorang pacar?" Wkwkwkwk. Lebih baik langsung suami istri aja, semua bisa dihitung bareng-bareng. Hanya saja, pemikiran ini jika tidak kalian sepakati, ya, jangan dikonsumsi. Mungkin kalian memiliki proses penciptaan pemikiran yang berbeda. Di mana kalian tidak pernah diduain dengan sahabat si do'i sendiri. Wkwkwk, tetapi ngeduain di sini bukan dalam konteks yang pas punya kedekatan lebih dari seorang sahabat gitu, lo.
Artinya, aku mengajak kepada kalian untuk berupaya berbuat baik kepada siapapun. Tidak hanya pada mereka yang memiliki kedekatan emosional dengan kita. Tetapi, bahkan pada mereka yang menggap kita musuh sekalipun, agar suatu saat dia benar-benar mempertimbangkan keberadaan kita sebagai manusia.
Terima kasih banyak aku sampaikan kepada orang-orang baik yang selama ini selalu mengelilingi hidupku. Arti hidupku adalah keberadaan kalian.
Catatan Story, SB.
0 Komentar