~Mengungkap sisi lain Ibu Pribumi, Kartini~




Sore ini, dalam situasi banyak keputusasaan, melalui kisah Kartini, aku kembali dibangkitkan. Betapa aku begitu mengagumi perempuan kenamaan ini hingga lembar demi lembar yang disuguhkan. Dari kisah kali ini,  ku tahu perjuangan beliau tidak sebatas mengangkat derajat kaumnya melalui pendidikan. 

Luas sekali, begitu luas gagasan dan gerakannya untuk kemajuan pribumi. Betapa pun aku merasa begitu hinanya dengan akses dan peluang yang ada tidak mampu berbuat apa. Kartini adalah seorang pembatik, seorang pelukis, meski pada akhirnya pena lebih menariknya daripada canting dan pensil. 

Begitu air mata terus terurai mengarungi kisah ini. Kartini dengan perabaan yang kuat berusaha mengangkat derajat artis pengukir Jepara. Dia tidak rela keterampilan yang dimiliki rakyatnya hanya menjadi eksploitasi Belanda. Kemampuan mereka harus mengangkat mereka dari kemiskinan. Lagi pula, lebih dari itu, seni rakyat adalah milik rakyat itu sendiri. Mulailah dia melakukan sosialisasi tentang keberadaan para artis ini. Membuka peluang kepada dunia eropa untuk dapat memiliki seni rakyat pribumi yang indah itu. 

Pada suatu masa, para Bupati sedang berunding untuk memberikan persembahan kepada ratu Belanda yang baru saja menikah. Pastilah jika mereka mengirimkan sesuatu yang berbeda akan saling berkompetisi. Maka, para pejabat itu memberikan garapan ini kepada Kartini, lalu dikirimkanlah beberapa ukiran jepara karya para artis itu. 

Seiring berkembangnya masa, semakin banyak permintaan datang, semakin jadilah para artis itu entas dari kemiskinan. Sudah dapat mereka membeli baju yang layak, rumah yang manusiawi dan tidak ada lagi bocah kecil di antara mereka yang bertelanjang bulat. Semua itu sebab sentuhan Kartini. Kartini membuat pasar di Hindia dengan lebih dulu membuka minat bangsa eropa. Bukan karena lebih cinta terhadap eropa, tetapi dia telah bisa membaca peluang. Bahwa jika para eropa itu menghiasi rumah-rumahnya dengan suatu seni, maka begitu pula pribumi akan mengikuti. 

Bagiku, perjuangan Kartini tidak dipersempit oleh persepsi yang berkembang hari ini, yaitu soal emansipasi wanita. Beliau lebihlah jauh gerakannya dari konteks tersebut. Dengan begini, aku sangat berterima kasih kepada Bapak Pram yang telah banyak mengungkap sisi Kartini. 

Ini menjadi PR kita, para pejuang perempuan untuk tidak mempersempit pergerakan. Apapun itu yang membutuhkan sentuhan, selama soal kemanusiaan, semoga kita menjadi generasi yang tidak berpikir dua kali dan tidak akan pernah bernegosiasi. Cinta kita selamanya untuk Bangsa. Laa haula waa laa quwwata illa billah.

#DariBalikTabirPuan

Posting Komentar

0 Komentar